Intelejen dan Kasus Pembunuhan Munir

Munir seorang pejuang HAM tewas akibat zat arsenik pada 7 september 2004 dalam penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta menuju Amsterdam untuk studi lanjut Hukum Kemanusiaan Di Universitas Utrecht Belanda. Tewasnya Munir disebabkan operasi Intelejen dengan Agennya Pollycarpus.

Tim Eksekutif Komite Aksi Solidaritas untuk Munir Choirul Anam menemukan beberapa fakta terkait rekam jejak dari sosok Pollycarpus.

Pertama, kapasitas Pollycarpus sebagai pilot yang dinilai meragukan, hal itu mengingat Pollycarpus tidak cukup berkemampuan menerbangkan pesawat seperti yang disyaratkan.

Kedua, sebagai pilot juga dikenal pernah mewawancarai sejumlah wartawan saat kerusuhan ditengok masa daerah operasi militer aceh.

Ketiga, Pollycarpus sering bertugas ke Timor Timur dan pernah menjadi narasumber lembaga Intelejen Australia terkait konflik Indonesia-Timor Timur.

Keempat, Pollycarpus merupakan agen spesial karena dalam penelusuran terbukti, dia memiliki senjata.

Kesimpulan sederhananya,

Pertama, seorang agen Intelejen dalam melakukan operasinya akan menyesuaikan karakter diri dan pekerjaannya sesuai dengan kondisi lokasi atau target operasinya. Jika operasinya akan dilakukan di pesawat maka dia akan menjadi pilot atau pramugara atau pramugari.

Kedua, untuk mendapatkan data dan informasi terkait lokasi dan target operasi intelijen, hal yang paling mudah dilakukan adalah berpura-pura menjadi wartawan. Disamping wartawan adalah pihak yang tidak bisa dihalang-halangi untuk mendapatkan informasi dengan alasan keterbukaan publik. Wartawan juga mampu menjadi pilihan yang selalu di butuhkan oleh orang lain untuk mendapatkan informasi.

Ketiga, untuk operasi yang masuk dalam skala besar mungkin tetap membutuhkan intervensi asing, hal itulah yang menyebabkan terkadang menjadi spesial dibanding operasi yang sifatnya berskala kecil.


Imaduddin Al Faruq

Muslim Analyze


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top